Kamis, 31 Oktober 2013

Prinsip Ekologi ilmu dalam Perancangan

PENGERTIAN EKOLOGI DAN EKO-ARSITEKTUR

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Emst Haeckel, ahli dari ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi dari segala jenis makhluk hidup dan lingkungan. Arti kata ekologi dalam bahasa yunani yaitu “oikos” adalah rumah tangga atau cara bertempat tinggal dan “logos” bersifat ilmu atau ilmiah. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (Frick Heinz, Dasar-dasar Ekoarsitektur, 1998).
Prinsip-prinsip ekologi sering berpengruh terhadap arsitektur (Batel Dinur, Interweaving Architecture and Ecology - A theoritical Perspective). Adapun prinsip-prinsip ekologi tersebut antara lain :

a. Flutuation
Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.

b. Stratification
Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.

c. Interdependence (saling ketergantungan)
Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan. Eko arsitektur menonjolkan arsitektur yang berkualitas tinggi meskipun kualitas di bidang arsitektur sulit diukur dan ditentukan, takada garis batas yang jelas antara arsitektur yang bermutu tinggi dan arsitektur yang biasa saja. Fenomena yang ada adalah kualitas arsitektur yang hanya memperhatikan bentuk dan konstruksi gedung dan cenderung kurang memperhatikan kualitas hidup dan keinginan pemakainya, padahal mereka adalah tokoh utama yang jelas.
Dalam pandangan eko-arsitektur gedung dianggap sebagai makhluk atau organik, berarti bahwa bidang batasan antara bagian luar dan dalam gedung tersebut, yaitu dinding, lantai, dan atap dapat dimengerti sebagai kulit ketiga manusia (kulit manusia sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan ke dua). Dan harus melakukan fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan, kecelakaan, dan sebagainya). Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur sistem hubungan yang dinamis antara bagian dalam dan luar gedung. Dan eko-arsitektur senantiasa menuntut agar arsitek (perencana) dan penguna gedung berada dalam satu landasan yang jelas.
Pada perkembangannya ekoarsitektur disebut juga dengan istilah greenarchitecture (arsitektur hijau) mengingat subyek arsitektur dan konteks lingkungannya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari hasil arsitektur dan lingkungannya. Dalam perspektif lebih luas, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan global alami yang meliputi unsur bumi, udara, air, dan energi yang perlu dilestarikan. Ekoarsitektur atau arsitektur hijau ini dapat disebut juga sebagai arsitektur hemat energi yaitu salah satu tipologi arsitektur yang ber-orientasi pada konservasi lingkungan global alami.

DASAR-DASAR EKO-ARSITEKTUR
Dalam eko-arsitektur terdapat dasar-dasar pemikiran yang perlu diketahui, antara lain :

1.Holistik
Dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian.
2.Memanfaatkan pengalaman manusia
Hal ini merupakan tradisi dalam membangun dan merupakan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
3. Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang    statis.
4. Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.


Dengan mengetahui dasar-dasar eko-arsitektur di atas jelas sekali bahwa dalam perencanaan maupun pelaksanaan, eko-arsitektur tidak dapat disamakan dengan arsitektur masa kini. Perencanaan eko-arsitektur merupakan proses dengan titik permulaan lebih awal. Dan jika kita merancang tanpa ada perhatian terhadap ekologi maka sama halnya dengan bunuh diri mengingat besarnya dampak yang terjadi akibat adanya klimaks secara ekologi itu sendiri.
Adapun pola perencanaan eko-arsitektur yang berorientasi pada alam secara holistik adalah sebagai berikut :
a. Penyesuaian pada lingkungan alam setempat.
b. Menghemat energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan energi.
a. Memelihara sumber lingkungan (air, tanah, udara).
b. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam dengan penggunaan material yang masih dapat digunakan di masa depan.
c. Mengurangi ketergantungan pada pusat sistem energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah).

d. Penghuni ikut secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan perumahan.
e. Kedekatan dan kemudahan akses dari dan ke bangunan.
f. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-harinya.




g. Menggunakan teknologi sederhana (intermediate technology), teknologi alternatif atau teknologi lunak.

UNSUR-UNSUR POKOK EKO-ARSITEKTUR
Unsur-unsur alam yang dijadikan pedoman oleh masyrakat tradisional antara lain udara, air, api, tanah (bumi), merupakan unsur-unsur pokok yang sangat erat dengan kehidupan manusia di bumi. Dalam kehidupan masyarakat modern pun juga harus tetap memperhatikan unsur-unsur tersebut karena sedikit saja penyalahgunaan unsur alam tersebut besar akibatnya terhadap keseimbangan ekologis. Adapun unsur-unsur pokok eko-arsitektur dapat dilihat pada gambar berikut ini.





Rabu, 30 Oktober 2013

Iklim dan Arsitektur

       Iklim Dan Arsitektur Adalah Bagian Dari Sains Bangunan Iklim Dan Arsitektur Adalah Bagian Dari Sains Bangunan Dan Sains Arsitektur Sains Bangunan Adalah Ilmu Yang Mempelajari Hubungan Antara Manusia Dan Lingkungannya Bangunan Dan Shelter Dalam Hal Ini Berlaku Sebagai Perubah Modifier lingkungan luar (outdoor environment) menjadi lingkungan dalam (indoor environment) yang mempunyai atau memenuhi syarat habitasi dan penghunian bagi manusia.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain:

  • iklim setempat 
  • lingkungan panas, suara dan penerangan
  • manusia dan cara habitasinya
  • sistem lay
  • out bangunan
  •  bentuk bangunan 
  • sistem konstruksi bangunan 
  •  pemilihan material bangunan 

Hubungan Iklim dengan Teori Evolusi dan Ekologi Arsitektur

Proses Terjadinya Bentuk
- Form Determinants

  • Function 
  • Context 
  • Structure 
- Form Resolution

  • material dan cara penggunaan 
  • metoda dan konstruksi
  • pertimbangan ekonomi dan sumber daya 
  • estetika

        Iklim dan arsitektur di Indonesia sangat dipengaruhi oleh matahari. Kondisi alam akibat pengaruh iklim tersebut direspon manusia dengan menciptakan lingkungan binaan. Iklim di Indonesia adalah tropik basah, karena kadar uap airnya (humidity) tinggi dengan dua musim.

          Pada daerah yang memiliki iklim tropik kering (humidity rendah), seperti daerah Arab, udara sangat panas. Penguapan sangat cepat, karena itu walaupun udara panas, mereka tetap memakai baju tebal untuk mencegah penguapan cairan tubuh yang terlalu cepat.

Masalah umum dan masalah bangunan:
1. Panas bangunan tidak menyenangkan
2. Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat
3. Perlu perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan dan serangga
4. Di sekitar lautan juga diperlukan perlindungan terhadap angin keras

Hal-hal penting untuk diperhatikan:
1. Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup antara masing-masing bangunan, untuk menjamin sirkulasi udara yang baik
2. Orientasi bangunan adalah utara-selatan untuk mencegah pemanasan matahari terhadap fasade yang lebih lebar
3. Bangunan harus memiliki lebar yang masih memungkinkan untuk mendapatkan ventilasi silang
4. Ruang di sekitar bangunan harus diberi peneduh tetapi tidak mengganggu sirkulasi udara
5. Harus dipersiapkan penyaluran air hujan dari atap ke halaman
6. Bangunan ringan dengan daya serap panas yang rendah, contoh: dinding gedek atau bilik sebagai dinding bernafas untuk membantu penguapan.

Vegetasi merupakan sumberdaya alam bagi untuk bangunan, sebab:
1. Berpengaruh terhadap arsitektur tradisional di zaman pertanian
2. Berpengaruh pada lingkungan binaan yang terbentuk disesuaikan dengan alam

Tiga wujud arsitektur tropis:
1. Arsitektur Teknologis
2. Arsitektur Tropis Geografis
3. Arsitektur Kultural